BAB I
1.1 Latar Belakang
Penyebab utama terjadinya PCOS adalah gangguan metabolism yakni resistensi insulin yang akan mempengaruhi kesehatan reproduksi wanita. Obesitas adalah tanda utama terjadinya resistensi insulin (Hadibroto, 2005) . Insiden obesitas pada wanita yang mengalami PCOS adalah 50-60%. Resistensi insulin adalah ketidakmampuan insulin untuk menjalankan fungsi fisiologisnya. Manifestasi dapat bersifat perifer (pada jaringan) atau sentral (pada liver) akibat berkurangnya kemampuan insulin untuk menurunkan gula darah (Wiweko, 2008).
Polycystic ovarium syndrome (PCOS) adalah penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita akibat tidak adanya ovulasi. PCOS merupakan masalah endokrinologi reproduksi yang sering dan menyebabkan 5-10% wanita pada usia reproduktif menjadi infertile (Hadibroto, 2005). Pada kenyataannya, wanita yang memiliki PCOS tidak akan mengetahuinya hingga penderita berusaha untuk dapat hamil tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda keberhasilan (HHS, 2008).
PCOS merupakan bukanlah penyakit tunggal tetapi penyakit dengan kumpulan gejala. Menurut Stein dan Leventhal (1935), PCOS merupakan suatu kumpulan gejala yang terdiri dari amenorrhea, haid yang tidak teratur, infertil, hirsuitisme dan obesitas. Menurut herslag (1996), wanita dengan siklus haid yang reguler dengan keadaan hiperandrogen dengan atau tanpa ovarium polikistik juga dapat menderita PCOS. Selain itu, beberapa penderita PCOS tanpa tanda-tanda klinis hiperandrogen tetapi mengalami disfungsi ovarium (Hadibroto, 2005). Diagnostic PCOS dapat ditegakkan bila 2 dari 3 kriteria PCOS telah terdiagnosa yaitu tanda-tanda hiperandrogen baik secara klinik maupun biokimia, menstruasi yang tidak teratur, dan kista pada ovarium (Hadibroto, 2005).
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan sehingga diketahui penyebab utama terjadinya PCOS, perlu adanya penanganan PCOS. Oleh karena itu, penulis ingin memperkaya pengetahuan terkait penatalaksanaan penderita PCOS dalam bidang ilmu gizi.
1.2 Rumusan Masalah
• Apa dasar penatalaksanaan PCOS?
• Bagaimana penatalaksanaan PCOS dalam bidang ilmu gizi?
1.3 Tujuan
• Mengetahui dasar penetapan penatalaksanaan PCOS
• Mengetahui penatalaksanaan PCOS dalam bidang ilmu gizi
BAB II
Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh yang secara klinik biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks masa tubuh (IMT > 30kg/m2). Untuk orang Asia , kriteria obesitas apabila IMT > 25 kg/m2 . Berbagai komplikasi obesitas erat hubungannya dengan obesitas sentral (visceral) yang penetapannya paling baik dengan mengukur lingkar pinggang ( waist circumference).Untuk orang Asia, bila lingkar perut > 90 cm bagi pria dan > 80 cm bagi wanita maka sudah dikatakan obesitas sentral. Kejadian PCOS 50-60% diantaranya adalah obesitas dan 75% diantaranya adalah gizi berlebih (overweight) (Djuwantono,2010)
2.1 Pengertian PCOS
PCOS merupakan gangguan fungsional dari poros hipotalamus-hipofisis ovarium berkaitan anovulasi. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara gonadotropin dan steroid seks. PCOS merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi: Siklus menstruasi, kemampuan untuk mendapatkan keturunan, hormone seks, jantung dan pembuluh darah serta penampilan wanita. Tanda klinis PCOS adalah ditemukan banyak kista dalam ovarium. Hal ini terjadi karena ovarium memproduksi hormone androgen secara berlebihan, dan bisa terjadi karena faktor genetic (HHS, 2010).
2.2 Etiologi PCOS
PCOS diakibatkan karena resistensi insulin dan Obesitas merupakan kunci adanya sindroma resistensi insulin (Hadibroto, 2005). Resistensi insulin adalah ketidakmampuan insulin untuk menjalankan fungsi fisiologisnya. Manifestasi dapat bersifat perifer (pada jaringan) atau sentral (pada liver) akibat berkurangnya kemampuan insulin untuk menurunkan gula darah. Resistensi insulin menyebabkan hiperinsulinemia yang akan menyebabkan metabolism androgen yang abnormal, mengganggu pertumbuhan folikel dan mengubah respon gonadotropin (Wiweko, 2008). Hormone androgen yang tinggi akan menganggu pertumbuhan folikel (Jarret Fertility group, 2006) dan keluarnya ovum saat ovulasi (HHS, 2010).
Gambar 2.2.1 mekanisme resistensi insulin dan PCOS
2.3 Tanda dan Gejala PCOS
Pada jangka pendek, PCOS akan menyebabkan disfungsi reproduksi sedangkan jangka panjang akan menyebabkan disfungsi metabolik. Gambaran utama pasien PCOS adalah haid yang tidak teratur (oligomenorrhae hingga amenorrhae), anovulasi kronik karena adanya kista, infertilitas serta gejala akibat tingginya kadar androgen yaitu hirsutism, jerawat bahkan dapat timbul pola alopesia. Hirsutism adalaha keadaan munculnya bulu-bulu kasar pada wanita seperti pada pola pertumbuhan pada laki-laki yakni di atas bibir, dagu, dada, abdomen bagian atas dan punggung (Hadibroto, 2005).
Pada keadaan amenorrhea sebenarnya tidak terjadi kekurangan estrogen justru endometrium mendapat paparan estrogen terus menerus hingga pertumbuhan endometrium mengalami kekurangan terhadap suplai darah dan menyebabkan menorrhagia (pendarahan). Kejadian amenorrhea mengindikasikan adanya peningkatan signifikan amplitude dan frekuensi pelepasan LH terhadap pelepasan FSH. Peningkatan pelepasan LH menunjukan terjadinya peningkatan GnRH berarti terjadi defek di hipotalamus (Wiweko, 2008).
2.4 Patofisiologi
2.4.1 Hubungan Resistensi Insulin Dengan PCOS
Folikel di dalam ovarium terdiri atas 2 sel yaitu sel theca dan sel granula. Sel theca berfungsi untuk mengangkut kolesterol keluar dari aliran darah dan mengubahnya menjadi androstenedione, androgen yang lemah. Oleh sel granula diubahnya nadrosteneidione menjadi estrogen kemudian menjadi estradiol, estrogen yang kuat.
Bila penderita mengalami PCOS karena masalah genetik, tingginya kadar insulin dirangsang oleh enzim yang disebut cytochrome P450c 17-α baik pada ovarium maupun adrenal untuk meningkatkan produksi hormone androgen. Peningkatan hormone androgen berasal dari ovarium dan kelenjar adrenal, oleh karena itu dengan mengangkat ovarium tidak akan menyelesaikan masalah PCOS.
Tingginya kadar insulin darah juga dirangsang oleh kelenjar pituitary yang meningkatkan produksi LH, tingginya kadar LH juga akan merangsang enzim yang sama yaitu cytochrome P450c 17α untuk memproduksi lebih banyak lagi hormone androgen tetapi hanya di ovarium tidak di kelenjar adrenal. Peningkatan LH awalnya akan meningkatkan kesensitivitas folikel untuk berkembang, namun hanya berlangsung hingga ukuran diameter folikel 8 mm. Setelah itu, perkembangan/maturasi folikel tidak berlangsung akibat tingginya kadar androgen.
Gambar 2.4.1 insulin merangsang sekresi hormone androgen pada ovarium dan adrenal
2.4.2 Mekanisme Kista Dapat Tumbuh Dalam Ovarium
Ketika tidak terjadi ovulasi, sel theca dan sel granulosa mengalami apoptosis yaitu penghancuran terhadap diri sendiri. Sel granulosa pada penderita PCOS mengalami penghancuran terhadap diri sendiri (self destruction) secara normal setelah terjadi kegagalan ovulasi, tetapi tidak pada sel theca, sel theca tetap bertahan karena adanya insulin yang mencegahnya melalui mekanisme pembentukkan kista. Setelah kegagalan ovulasi dan kematian sel granula, sel theca secara terus menerus memproduksi androstenedione, karena tidak sel granulose yang mengubah androsteneidione menjadi estrogen maka androstenedione oleh sel theca diubah menjadi testosteron (Kidson, 2006).
Gambar 2.4.2 Perkembangan Folikel Pada Wanita Normal Dan Wanita PCOS
2.5 Pemeriksaan PCOS
Tidak ada pemeriksaan tunggal yang dapat langsung mendiagnosa penyakit PCOS. Berikut beberapa step yang dilakukan oleh HHS dalam mendiagnosa PCOS :
1. Medical History : periode menstruasi, kenaikan berat badan dan gejala lainnya.
2. Physical Exam : pengukuran tekanan darah, BMI dan Waist Circumference. Juga mengecek area mana saja terjadi peningkatan pertumbuhan rambut.
3. Pelvic Exam : pemeriksaan jumlah folikel dan volume ovarium. Bila terjadi nyeri mengindikasikan ovarium membesar/membengkak akibat jumlah kista yang banyak (>12)
4. Blood Tests : pengukuran hormone androgen dan kadar glukosa darah
5. Vaginal Ultrasound (sonogram) : gambaran di area pelvic, pengecekkan terhadap kista di ovarium dan tebal endometrium-endometrium akan semakin tebal bila periode menstruasi tidak teratur.
Gambar 2.5.1 PCOS melalui pemeriksaan ultrasound
Gambar 2.5.2 Pertumbuhan folikel yang abnormal. Pada PCOS, folikel dalam kondisi stack up atau tidak dapat berkembang, yang diakibatkan karena tingginya kadar hormone androgen. Hormone androgen seperti barier terhadap perkembangan folikel
Pemeriksaan hormonal : meupakan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan hormonal mengindikasikan adanya kelainan endokrin. Berikut beberapa hormone yang diperiksa :
1. Ratio LH/FSH, bila ≥ 2 menunjukkan adanya PCOS
2. Kadar progesterone, bila ≥ 200 ng/dL mengkonfirmasikan diagnose PCOS
3. Kadar testosterone, bila ≤150 ng/dL banyak didapati pada penderita PCOS
4. Prolaktin, 5-30% penderita PCOS mengalami hiperprolaktinema
5. Kadar glukosa darah/ratio insulin, bila < 7, menunjukkan adanya resistensi insulin (Hadibroto, 2005)
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi adalah menghilangkan gejala dan tanda hiperandrogen, mengembalikan siklus menstruasi menjadi normal, meningkatkan kesuburan, dan menghilangkan gangguan metabolism yang terjadi (Hadibroto, 2005). Level Insulin dapat diturunkan melalui olahraga, diet, penurunan BB dan obat diabetes. Level Insulin dapat meningkat akibat stress, kurangnya aktifitas, peningkatan BB dan pengaruh hormonal.
1. Lifestyle modification: yang mengalami PCOS adalah wanita-wanita yang memiliki berat berlebih atau obese. Dengan memperbaiki pola hidup melalui keseimbangan aktifitas fisik dan makanan yang sehat untuk menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan kegunaan insulin dan menormalkan hormone-hormon tubuh. Dengan modifikasi pola hidup dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi. Pola hidup yang dianjurkan adalah : tidak merokok, makan makanan sehat dan aktifitas fisik.
2. Birth control pills (progesterone)Untuk wanita yang sedang melakukan program KB, pil ini dapat digunakan untuk mengontrol siklus menstruasi, menurunkan hormone androgen, dan menghilangkan jerawat. Yang perlu diperhatikan bila pil ini dihentikan makan siklus menstruasi kembali tidak teratur. Kelemahan pil ini tidak mengatasi masalah kelebihan rambut-rambut kasar.
3. Diabetes medications menggunakan metformin. Metformin digunakan untuk mengontrol glukosa darah dan menurunkan produksi hormone androgen. Metformin juga memperlambat pertumbuhan rambut-rambut kasar yang abnormal.
4. Fertility medications. Efek penggunaan obat-obat kesuburan adalah meningkatkan resiko kelahiran kembar. Pengobatan yang biasanya digunakan adalah :
a. Clomiphene : merangsang ovulasi
b. Metformin : membantu clomiphene untuk merangsang ovulasi
c. Suntikan gonadotropin
5. Surgery : “Ovarian drilling" adaah pembedahan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ovulasi, biasanya dilakukan bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap pengobatan kesuburan (fertility medications). Pembedahan dilakukan secara laparoskopi. Tujuan pembedahan adalah menghancurkan kista untuk membantu ovulasi dan menurunkan hormone androgen. Kelemahan metode ini adalah dapat menimbulkan jaringan parut dan tidak mengatasi masalah alopesia dan hirsutism.
6. Medicine for increased hair growth or extra male hormones atau disebut anti androgen, dapat menurunkan pertumbuhan rambut yang abnormal dan menghilangkan jerawat. Dalam penggunaannya biasanya dikombinasikan dengan birth control birth, dan tidak digunakan bila pasien sedang dalam program kehamilan (HHS, 2010).
2.7 Terapi Diet
Olahraga merupakan metode yang paling efektif dalam penurunan kadar insulin. Diet dan penurunan berat badan juga dapat untuk menurunkan kadar insulin dan karenanya dapat meningkatkan ovulasi dan konsepsi pada PCOS. Dengan menurunkan berat badan sebanyak 3-5 kg mampu mengembalikan siklus menstruasi menjadi teratur kembali dan menyukseskan ovulasi serta fertilisasi. Kunci kesuksesan treatment adalah dengan berolahraga secara teratur.
Jika wanita dengan PCOS adalah overweight, maka penting untuk menurunkan kalori food intake. Pilihlah karbohidrat kompleks dan berGI rendah , sehingga hanya akan merangsang sedikit produksi insulin dibandingkan karbohidrat ber GI tinggi. Namun pada beberapa kasus, tidak terjadi penurunan BB walaupun pasien telah mengurangi asupan karbohidratnya (Kidson, 2006)
BAB III
3.1 Kesimpulan
• Dasar Penatalaksanaan penderita PCOS adalah menghilangkan gejala dan tanda hiperandrogen, mengembalikan siklus menstruasi menjadi normal, meningkatkan kesuburan, dan menghilangkan gangguan metabolism yang terjadi
• Penatalaksanaan penderita PCOS dalam bidang ilmu gizi adalah modifikasi pola hidup melalui keseimbangan aktifitas fisik dengan makanan dan tidak merokok.
• Modifikasi pola hidup bertujuan untuk menurunkan kadar insulin di darah, sehingga dapat terjadi ovulasi dan mengembalikan siklus menstruasi.
3.2 Saran
• Perlu adanya monitoring dan evaluasi berkelanjutan terhadap modifikasi diet terkait tanda dan gejala PCOS
Daftar Pustaka
Djuwantono, Tono. 2010. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Isu terkini penanganan tepat dampak metabolik Sindroma Polikistik Ovarium. Diakses melalui http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/727/isu_terkini_penanganan_yang_tepat1.pdf?sequence=2 pada 2 November 2011.
Hadibroto, Budi R. 2005. Sindroma Ovarium Poikistik. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15588/1/mkn-des2005-%20(11).pdf, pada 2 november 2011.
Health and human resources (HHS). 2008. Poliycystic Ovary Syndrome (PCOS) booklet: Beyond Infertility. Diakses melalui http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/upload/PCOS_booklet.pdf, pada 2 november 2011
Health and human resources (HHS). 2010. Poliycystic Ovary Syndrome (PCOS). Diakses melalui http://www.womenshealth.gov pada 2 November 2011.
Jarret Fertility Group. 2006. Polycystics Ovarium Syndrome Patient Handout. Diakses melalui http://www.jarrettfertility.com/PCOS%20patient%20handout.pdf pada 2 november 2011
Kidson, Warren; James Wackenzie Talbot. 2006. The Polycystics Ovary Syndrome-A Starting Point Not A Diagnosis. Diakses melalui http://main.posaa.asn.au/files/PCOS%20Guide.pdf, pada 2 november 2011
Wiweko, B; R Mulya. 2008. Profil Resistensi Insulin Pada Pasien Sindrom Ovarium Polikistik di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Diakses melalui http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/322089398%20ta%20ada%20h%2096%2097.pdf, pada 2 november 2011
Penatalaksanaan Penderita PCOS (Polycystics Ovarium Syndrome) terkait Ilmu Gizi
Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang, 2011
1.1 Latar Belakang
Penyebab utama terjadinya PCOS adalah gangguan metabolism yakni resistensi insulin yang akan mempengaruhi kesehatan reproduksi wanita. Obesitas adalah tanda utama terjadinya resistensi insulin (Hadibroto, 2005) . Insiden obesitas pada wanita yang mengalami PCOS adalah 50-60%. Resistensi insulin adalah ketidakmampuan insulin untuk menjalankan fungsi fisiologisnya. Manifestasi dapat bersifat perifer (pada jaringan) atau sentral (pada liver) akibat berkurangnya kemampuan insulin untuk menurunkan gula darah (Wiweko, 2008).
Polycystic ovarium syndrome (PCOS) adalah penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita akibat tidak adanya ovulasi. PCOS merupakan masalah endokrinologi reproduksi yang sering dan menyebabkan 5-10% wanita pada usia reproduktif menjadi infertile (Hadibroto, 2005). Pada kenyataannya, wanita yang memiliki PCOS tidak akan mengetahuinya hingga penderita berusaha untuk dapat hamil tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda keberhasilan (HHS, 2008).
PCOS merupakan bukanlah penyakit tunggal tetapi penyakit dengan kumpulan gejala. Menurut Stein dan Leventhal (1935), PCOS merupakan suatu kumpulan gejala yang terdiri dari amenorrhea, haid yang tidak teratur, infertil, hirsuitisme dan obesitas. Menurut herslag (1996), wanita dengan siklus haid yang reguler dengan keadaan hiperandrogen dengan atau tanpa ovarium polikistik juga dapat menderita PCOS. Selain itu, beberapa penderita PCOS tanpa tanda-tanda klinis hiperandrogen tetapi mengalami disfungsi ovarium (Hadibroto, 2005). Diagnostic PCOS dapat ditegakkan bila 2 dari 3 kriteria PCOS telah terdiagnosa yaitu tanda-tanda hiperandrogen baik secara klinik maupun biokimia, menstruasi yang tidak teratur, dan kista pada ovarium (Hadibroto, 2005).
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan sehingga diketahui penyebab utama terjadinya PCOS, perlu adanya penanganan PCOS. Oleh karena itu, penulis ingin memperkaya pengetahuan terkait penatalaksanaan penderita PCOS dalam bidang ilmu gizi.
1.2 Rumusan Masalah
• Apa dasar penatalaksanaan PCOS?
• Bagaimana penatalaksanaan PCOS dalam bidang ilmu gizi?
1.3 Tujuan
• Mengetahui dasar penetapan penatalaksanaan PCOS
• Mengetahui penatalaksanaan PCOS dalam bidang ilmu gizi
BAB II
Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh yang secara klinik biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks masa tubuh (IMT > 30kg/m2). Untuk orang Asia , kriteria obesitas apabila IMT > 25 kg/m2 . Berbagai komplikasi obesitas erat hubungannya dengan obesitas sentral (visceral) yang penetapannya paling baik dengan mengukur lingkar pinggang ( waist circumference).Untuk orang Asia, bila lingkar perut > 90 cm bagi pria dan > 80 cm bagi wanita maka sudah dikatakan obesitas sentral. Kejadian PCOS 50-60% diantaranya adalah obesitas dan 75% diantaranya adalah gizi berlebih (overweight) (Djuwantono,2010)
2.1 Pengertian PCOS
PCOS merupakan gangguan fungsional dari poros hipotalamus-hipofisis ovarium berkaitan anovulasi. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara gonadotropin dan steroid seks. PCOS merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi: Siklus menstruasi, kemampuan untuk mendapatkan keturunan, hormone seks, jantung dan pembuluh darah serta penampilan wanita. Tanda klinis PCOS adalah ditemukan banyak kista dalam ovarium. Hal ini terjadi karena ovarium memproduksi hormone androgen secara berlebihan, dan bisa terjadi karena faktor genetic (HHS, 2010).
2.2 Etiologi PCOS
PCOS diakibatkan karena resistensi insulin dan Obesitas merupakan kunci adanya sindroma resistensi insulin (Hadibroto, 2005). Resistensi insulin adalah ketidakmampuan insulin untuk menjalankan fungsi fisiologisnya. Manifestasi dapat bersifat perifer (pada jaringan) atau sentral (pada liver) akibat berkurangnya kemampuan insulin untuk menurunkan gula darah. Resistensi insulin menyebabkan hiperinsulinemia yang akan menyebabkan metabolism androgen yang abnormal, mengganggu pertumbuhan folikel dan mengubah respon gonadotropin (Wiweko, 2008). Hormone androgen yang tinggi akan menganggu pertumbuhan folikel (Jarret Fertility group, 2006) dan keluarnya ovum saat ovulasi (HHS, 2010).
Gambar 2.2.1 mekanisme resistensi insulin dan PCOS
2.3 Tanda dan Gejala PCOS
Pada jangka pendek, PCOS akan menyebabkan disfungsi reproduksi sedangkan jangka panjang akan menyebabkan disfungsi metabolik. Gambaran utama pasien PCOS adalah haid yang tidak teratur (oligomenorrhae hingga amenorrhae), anovulasi kronik karena adanya kista, infertilitas serta gejala akibat tingginya kadar androgen yaitu hirsutism, jerawat bahkan dapat timbul pola alopesia. Hirsutism adalaha keadaan munculnya bulu-bulu kasar pada wanita seperti pada pola pertumbuhan pada laki-laki yakni di atas bibir, dagu, dada, abdomen bagian atas dan punggung (Hadibroto, 2005).
Pada keadaan amenorrhea sebenarnya tidak terjadi kekurangan estrogen justru endometrium mendapat paparan estrogen terus menerus hingga pertumbuhan endometrium mengalami kekurangan terhadap suplai darah dan menyebabkan menorrhagia (pendarahan). Kejadian amenorrhea mengindikasikan adanya peningkatan signifikan amplitude dan frekuensi pelepasan LH terhadap pelepasan FSH. Peningkatan pelepasan LH menunjukan terjadinya peningkatan GnRH berarti terjadi defek di hipotalamus (Wiweko, 2008).
2.4 Patofisiologi
2.4.1 Hubungan Resistensi Insulin Dengan PCOS
Folikel di dalam ovarium terdiri atas 2 sel yaitu sel theca dan sel granula. Sel theca berfungsi untuk mengangkut kolesterol keluar dari aliran darah dan mengubahnya menjadi androstenedione, androgen yang lemah. Oleh sel granula diubahnya nadrosteneidione menjadi estrogen kemudian menjadi estradiol, estrogen yang kuat.
Bila penderita mengalami PCOS karena masalah genetik, tingginya kadar insulin dirangsang oleh enzim yang disebut cytochrome P450c 17-α baik pada ovarium maupun adrenal untuk meningkatkan produksi hormone androgen. Peningkatan hormone androgen berasal dari ovarium dan kelenjar adrenal, oleh karena itu dengan mengangkat ovarium tidak akan menyelesaikan masalah PCOS.
Tingginya kadar insulin darah juga dirangsang oleh kelenjar pituitary yang meningkatkan produksi LH, tingginya kadar LH juga akan merangsang enzim yang sama yaitu cytochrome P450c 17α untuk memproduksi lebih banyak lagi hormone androgen tetapi hanya di ovarium tidak di kelenjar adrenal. Peningkatan LH awalnya akan meningkatkan kesensitivitas folikel untuk berkembang, namun hanya berlangsung hingga ukuran diameter folikel 8 mm. Setelah itu, perkembangan/maturasi folikel tidak berlangsung akibat tingginya kadar androgen.
Gambar 2.4.1 insulin merangsang sekresi hormone androgen pada ovarium dan adrenal
2.4.2 Mekanisme Kista Dapat Tumbuh Dalam Ovarium
Ketika tidak terjadi ovulasi, sel theca dan sel granulosa mengalami apoptosis yaitu penghancuran terhadap diri sendiri. Sel granulosa pada penderita PCOS mengalami penghancuran terhadap diri sendiri (self destruction) secara normal setelah terjadi kegagalan ovulasi, tetapi tidak pada sel theca, sel theca tetap bertahan karena adanya insulin yang mencegahnya melalui mekanisme pembentukkan kista. Setelah kegagalan ovulasi dan kematian sel granula, sel theca secara terus menerus memproduksi androstenedione, karena tidak sel granulose yang mengubah androsteneidione menjadi estrogen maka androstenedione oleh sel theca diubah menjadi testosteron (Kidson, 2006).
Gambar 2.4.2 Perkembangan Folikel Pada Wanita Normal Dan Wanita PCOS
2.5 Pemeriksaan PCOS
Tidak ada pemeriksaan tunggal yang dapat langsung mendiagnosa penyakit PCOS. Berikut beberapa step yang dilakukan oleh HHS dalam mendiagnosa PCOS :
1. Medical History : periode menstruasi, kenaikan berat badan dan gejala lainnya.
2. Physical Exam : pengukuran tekanan darah, BMI dan Waist Circumference. Juga mengecek area mana saja terjadi peningkatan pertumbuhan rambut.
3. Pelvic Exam : pemeriksaan jumlah folikel dan volume ovarium. Bila terjadi nyeri mengindikasikan ovarium membesar/membengkak akibat jumlah kista yang banyak (>12)
4. Blood Tests : pengukuran hormone androgen dan kadar glukosa darah
5. Vaginal Ultrasound (sonogram) : gambaran di area pelvic, pengecekkan terhadap kista di ovarium dan tebal endometrium-endometrium akan semakin tebal bila periode menstruasi tidak teratur.
Gambar 2.5.1 PCOS melalui pemeriksaan ultrasound
Gambar 2.5.2 Pertumbuhan folikel yang abnormal. Pada PCOS, folikel dalam kondisi stack up atau tidak dapat berkembang, yang diakibatkan karena tingginya kadar hormone androgen. Hormone androgen seperti barier terhadap perkembangan folikel
Pemeriksaan hormonal : meupakan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan hormonal mengindikasikan adanya kelainan endokrin. Berikut beberapa hormone yang diperiksa :
1. Ratio LH/FSH, bila ≥ 2 menunjukkan adanya PCOS
2. Kadar progesterone, bila ≥ 200 ng/dL mengkonfirmasikan diagnose PCOS
3. Kadar testosterone, bila ≤150 ng/dL banyak didapati pada penderita PCOS
4. Prolaktin, 5-30% penderita PCOS mengalami hiperprolaktinema
5. Kadar glukosa darah/ratio insulin, bila < 7, menunjukkan adanya resistensi insulin (Hadibroto, 2005)
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi adalah menghilangkan gejala dan tanda hiperandrogen, mengembalikan siklus menstruasi menjadi normal, meningkatkan kesuburan, dan menghilangkan gangguan metabolism yang terjadi (Hadibroto, 2005). Level Insulin dapat diturunkan melalui olahraga, diet, penurunan BB dan obat diabetes. Level Insulin dapat meningkat akibat stress, kurangnya aktifitas, peningkatan BB dan pengaruh hormonal.
1. Lifestyle modification: yang mengalami PCOS adalah wanita-wanita yang memiliki berat berlebih atau obese. Dengan memperbaiki pola hidup melalui keseimbangan aktifitas fisik dan makanan yang sehat untuk menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan kegunaan insulin dan menormalkan hormone-hormon tubuh. Dengan modifikasi pola hidup dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi. Pola hidup yang dianjurkan adalah : tidak merokok, makan makanan sehat dan aktifitas fisik.
2. Birth control pills (progesterone)Untuk wanita yang sedang melakukan program KB, pil ini dapat digunakan untuk mengontrol siklus menstruasi, menurunkan hormone androgen, dan menghilangkan jerawat. Yang perlu diperhatikan bila pil ini dihentikan makan siklus menstruasi kembali tidak teratur. Kelemahan pil ini tidak mengatasi masalah kelebihan rambut-rambut kasar.
3. Diabetes medications menggunakan metformin. Metformin digunakan untuk mengontrol glukosa darah dan menurunkan produksi hormone androgen. Metformin juga memperlambat pertumbuhan rambut-rambut kasar yang abnormal.
4. Fertility medications. Efek penggunaan obat-obat kesuburan adalah meningkatkan resiko kelahiran kembar. Pengobatan yang biasanya digunakan adalah :
a. Clomiphene : merangsang ovulasi
b. Metformin : membantu clomiphene untuk merangsang ovulasi
c. Suntikan gonadotropin
5. Surgery : “Ovarian drilling" adaah pembedahan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ovulasi, biasanya dilakukan bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap pengobatan kesuburan (fertility medications). Pembedahan dilakukan secara laparoskopi. Tujuan pembedahan adalah menghancurkan kista untuk membantu ovulasi dan menurunkan hormone androgen. Kelemahan metode ini adalah dapat menimbulkan jaringan parut dan tidak mengatasi masalah alopesia dan hirsutism.
6. Medicine for increased hair growth or extra male hormones atau disebut anti androgen, dapat menurunkan pertumbuhan rambut yang abnormal dan menghilangkan jerawat. Dalam penggunaannya biasanya dikombinasikan dengan birth control birth, dan tidak digunakan bila pasien sedang dalam program kehamilan (HHS, 2010).
2.7 Terapi Diet
Olahraga merupakan metode yang paling efektif dalam penurunan kadar insulin. Diet dan penurunan berat badan juga dapat untuk menurunkan kadar insulin dan karenanya dapat meningkatkan ovulasi dan konsepsi pada PCOS. Dengan menurunkan berat badan sebanyak 3-5 kg mampu mengembalikan siklus menstruasi menjadi teratur kembali dan menyukseskan ovulasi serta fertilisasi. Kunci kesuksesan treatment adalah dengan berolahraga secara teratur.
Jika wanita dengan PCOS adalah overweight, maka penting untuk menurunkan kalori food intake. Pilihlah karbohidrat kompleks dan berGI rendah , sehingga hanya akan merangsang sedikit produksi insulin dibandingkan karbohidrat ber GI tinggi. Namun pada beberapa kasus, tidak terjadi penurunan BB walaupun pasien telah mengurangi asupan karbohidratnya (Kidson, 2006)
BAB III
3.1 Kesimpulan
• Dasar Penatalaksanaan penderita PCOS adalah menghilangkan gejala dan tanda hiperandrogen, mengembalikan siklus menstruasi menjadi normal, meningkatkan kesuburan, dan menghilangkan gangguan metabolism yang terjadi
• Penatalaksanaan penderita PCOS dalam bidang ilmu gizi adalah modifikasi pola hidup melalui keseimbangan aktifitas fisik dengan makanan dan tidak merokok.
• Modifikasi pola hidup bertujuan untuk menurunkan kadar insulin di darah, sehingga dapat terjadi ovulasi dan mengembalikan siklus menstruasi.
3.2 Saran
• Perlu adanya monitoring dan evaluasi berkelanjutan terhadap modifikasi diet terkait tanda dan gejala PCOS
Daftar Pustaka
Djuwantono, Tono. 2010. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Isu terkini penanganan tepat dampak metabolik Sindroma Polikistik Ovarium. Diakses melalui http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/727/isu_terkini_penanganan_yang_tepat1.pdf?sequence=2 pada 2 November 2011.
Hadibroto, Budi R. 2005. Sindroma Ovarium Poikistik. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15588/1/mkn-des2005-%20(11).pdf, pada 2 november 2011.
Health and human resources (HHS). 2008. Poliycystic Ovary Syndrome (PCOS) booklet: Beyond Infertility. Diakses melalui http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/upload/PCOS_booklet.pdf, pada 2 november 2011
Health and human resources (HHS). 2010. Poliycystic Ovary Syndrome (PCOS). Diakses melalui http://www.womenshealth.gov pada 2 November 2011.
Jarret Fertility Group. 2006. Polycystics Ovarium Syndrome Patient Handout. Diakses melalui http://www.jarrettfertility.com/PCOS%20patient%20handout.pdf pada 2 november 2011
Kidson, Warren; James Wackenzie Talbot. 2006. The Polycystics Ovary Syndrome-A Starting Point Not A Diagnosis. Diakses melalui http://main.posaa.asn.au/files/PCOS%20Guide.pdf, pada 2 november 2011
Wiweko, B; R Mulya. 2008. Profil Resistensi Insulin Pada Pasien Sindrom Ovarium Polikistik di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Diakses melalui http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/322089398%20ta%20ada%20h%2096%2097.pdf, pada 2 november 2011
Penatalaksanaan Penderita PCOS (Polycystics Ovarium Syndrome) terkait Ilmu Gizi
Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang, 2011
0 komentar:
Posting Komentar